Masakan ini kadang jadi salah satu menu pilihanku kalau lagi winter dan makan di luar, biasanya disebut Hänchen mit Gemüse. Kenapa aku lebih memilih ini? karena satu-satunya menu yang ada kuahnya, dimakan hangat-hangat saat udara di luar 5 derajat, hmmm lumayan kan daripada makan Döner teller yang dibayangin bakso kuah panas, hihihi…
Kalau bakso, inshaaAllah menjelang winter aku usahakan untuk sedia selalu di rumah. Buatan sendiri tentunya 😉
Olahan ayam ini, juga memasukkan berbagai sayuran yang saat itu ada (tersedia), bisa zucchini, paprika merah, paprika hijau atau paprika kuning. Jadi satu menu sudah lengkap, ada protein hewani dan sayurannya.
Yang menjadi khas menu ini, ada pada kuah merahnya dan tentunya rasanya tidak pedas karena merah yang diperoleh berasal dari tomat. Anak-anakku pastinya suka dan ga perlu masak 2 menu karena tidak pedas sama sekali. (more…)
Ayam isi atau juga disebut dengan ayam kodok, merupakan kuliner Indonesia yang mengadaptasi dari sajian thanksgiving, ayam kalkun yang disajikan utuh dan besar. Berhubung di Indonesia jarang sekali kalkun dan bisa jadi harganya mahil, dibuatlah ini, CMIIW. Kreatif memang yak 😉 (more…)
Sajian pasta sangat banyak sekali variasinya, bisa ala italia ataupun ala asia. Kebetulan aku selalu stok pasta di lemari, jaga-jaga khawatir kelupaan beli beras (baca : kehabisan), walaupun ga selalu masak nasi 🙂 (more…)
Minggu ini dikagetkan dengan suhu pagi pagi yang lumayan rendah, 2 C, di awal musim gugur. Hari-hari sebelumnya masih sekitar 6-8 C dan aku pun masih mengira akan seperti ini suhunya hingga 2 minggu ke depan. Sayangnya ternyata tidak. Baju –baju tebal yang sudah aku keluarkan sejak akhir bulan September sudah mulai dipakai, brrrrr…..dingiiiiiin !! O_o
Tidak hanya itu, yang membuat heran, pagi pagi di atas atap, kadang terlihat tertutupi salju tipis. Padahal, aku sangat menantikan matahari terik panas di antara daun daun kuning musim semi. Apalagi kalau bukan untuk berfoto ^^’
Anak anak yang tidak terlalu menyukai pedas, tentunya ayam ini bisa jadi alternative menu di rumah. Masaknya pun mudah dan ga perlu rempah rempah yang harus dihaluskan. Semakin lama direndam atau dimarinate semakin meresap bumbunya di daging ayam dan tentunya semakin enak.
Asam yang diperoleh dari saus tomat dan manisnya dari kecap manis, klop rasanya, apalagi setelah dibakar ada aroma bakaran yang menghitam sedikit. Pasti deh anak anak bakal nambah dan nambah terus. Saat menyajikan jangan lupa lalapan ringan seperti timun dan tomat. Waaah setelah makan bakal dapat kecupan deh dari mereka sambil bilang “terimakasih sudah masak enak“ ^^’
Olahan ayam yang dibakar memang selalu membangkitkan selera makan, apalagi jika dipadu dengan lalapan dan sambal, plus nasi anget, makannya lesehan dengan pemandangan alam bebas *alamaaak *kangenkampunghalaman
Walaupun tinggal disini yang mayoritas makanan pakai keju dan susu serta sayuran salad, sesekali aku juga menghadirkan menu ini di meja makan, setidaknya obat rindu lidah Indonesia dan tentunya mengajak anak anak untuk tau kan. Ini pun kalau malasnya ga kambuh, hihihihi….
Kalau malas yaaa makan roti, ceplok telor, pasta dan salad. Padahal aku banyakan malas daripada rajinnya, percayalaah 😆
Berikut resep yang aku pakai untuk membuat Ayam bakar rujak yaaa…
Penting ga sih nulis abang abang pada judul diatas?? Jadi sebenernya kangen martabak atau abang abangnya??
Yaaah pokoknya hasil martabak ini lebih enak daripada si abang abang jualan *buatsendirimujisendiri
Nama martabak, berasal dari bahasa Arab : مطبق, yang artinya “terlipat” , sajian yang biasa ditemukan di Arab Saudi (terutama di wilayah Hijaz), Yaman, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei. Dan tentunya komposisi isi dan namanya bervariasi bergantung dari khas daerah tersebut.
Disini, di Jerman, manalah aku ketemu tukang martabak, tukang roti sama tukang bunga, naah baru ada ! 😀
Kalo mati gaya karena masak diuber uber waktu ya inilah hasil kreasinya. Aku bukan yang masak harus ini itu dengan pakem ini itu, dengan catatan konsumennya hanya untuk kalangan pribadi yaaa… 😛
Anak-anak penggemar berat ayam, ayam diapain aja mereka pasti suka, kecuali ayam goreng, hanya dimakan saat masih hangat, kalau sudah dingin dan mengeras ya sudah ga mau. Oleh karena itulah, aku tidak terlalu sering memasak ayam goreng.
Seperti biasa, aku mengisi kulkas dengan sayuran segar yang sudah di blansing (red: di panaskan sebentar lalu disiram air dingin/es kemudian simpan di freezer), terkadang beli yang sudah jadi di bagian makanan beku atau membuatnya sendiri. Sayuran yang sudah matang ini, cepat disajikan hanya dengan membilasnya dengan air mendidih saja. Jadi tidak membutuhkan waktu yang lama.
Masakan sederhana yang ga terlalu ribet bumbu dan anak anak pun suka, jadinya sering masuk di menu harian. Tetep ya, mau dimana tinggalnya, seleranya tetap kecap 😉
Teringat saat Afiqah umur 3 tahun, kalo makan bukan lagi nasi telur pakai kecap, tapi kecap pake nasi dan telur, karena banyaknya kecap di piringnya Cara mengurangi ketergantungan kecap, terkadang aku rela menahan untuk tidak membeli kecap di belanja bulanan, karena kalau liat botol kecap yang ditunjuk itu terus deh -_-” 😛 Sejatinya, kecap tidak berpengaruh buruk, tapi tetap saja sesuatu yang berlebihan, hasilnya pun kurang baik, ya nggak? 😀
Tapi sejak pindah di Jerman, ya pastinya selalu ada stok kecap di rumah. Bukan tipikal jenis kecap yang kental tapi warnanya cukup pekat. Awalnya ya agak aneh memakainya, lama lama sudah faham seberapa takaran pemakaiannya 🙂 Bisa karena biasa 😛
“Soy sauce originated in China sometime between the 3rd and 5th century from an older meat-based fermented sauce named jiang (酱). Its use later spread to East and Southeast Asia. Like many salty condiments, soy sauce was probably originally a way to stretch salt, historically an expensive commodity. In ancient China, fermented fish with salt was used as a condiment in which soybeans were included during the fermentation process. Eventually, this was replaced and the recipe for soy sauce, jiangyou (醬油), using soybeans as principal ingredient, with fermented fish-based sauces developing separately into fish sauce. Traditional soy sauces are made by mixing soybeans and grain with mold cultures such as Aspergillus oryzae and other related microorganisms and yeasts (the resulting mixture is called “koji” in Japan; the term “koji” is used both for the mixture of soybeans, wheat, and mold as well as for the mold itself). Historically, the mixture was fermented naturally in large urns and under the sun, which was believed to contribute extra flavors. Today, the mixture is placed in a temperature and humidity controlled incubation chamber. ” Sumber: Wikipedia
Berikut resep Ayam Kecap Manis yang aku buat yaaa….